Selasa, 09 November 2010

PENSI KEST2 BERSMA TIPE-X

Pas wingi dinten sebtu tanggal enem november 2010 wonten pensi ing sekolah kulo.Pensi niku ingkang ngadake yaiku YAMAHA.
Sak derenge TIPE-X perform ing nduwur panggung wonten band" pembuka kesatrian kaleh ingkang salah sijijine band kulo namine SACES.Nanging aku rada' kcewa amargi bandku sing asli mboten angsal nderek perform ing nduwur panggung amargi alirane sing keras lan bahaya yen wonten jotos jotosan.Nanging mboten aliran keras mawon,dangdut mawon saget ndamel kerusuhan,
Maune niku band'' sing ajeng perform niku mboten purun tampil amargi panggung sing ajeng digunaake cilik lan alatipun mboten memadai,akhire pak bambang mutuske band'' pembuka angsal perform ing panggung utama.
Pas band kulo di panggil nggo tampil perasaanq rada' isin" piye,amargi katah ingkang nyorak'i.

Selasa, 02 November 2010

DUKA BUMI PERTIWI (MERAPI)

Merapi Luncurkan Lava Pijar

Puncak Merapi Luncurkan Lava Pijar
Magelang (ANTARA News) - Puncak Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa malam, meluncurkan lava pijar berwarna merah terang yang menampilkan pemandangan indah di tengah cuaca cerah.

Luncuran lava pijar tersebut bergerak ke bawah relatif pelan yang sesekali diikuti dengan semburan awan panas yang juga mengalir lamban.

Aktivitas vulkanik Merapi tersebut terlihat jelas dari Desa Kalibening, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sekitar 10 kilometer dari puncak Merapi.

Sejak pukul 19.57 WIB sampai sekarang ini luncuran lava pijar masih terlihat. Penduduk setempat yang sejak Merapi meletus 26 Oktober 2010 melakukan ronda 24 jam sehari, juga menyaksikan pemandangan indah di puncak Merapi itu.

Luncuran lava pijar dari puncak Merapi itu diikuti semburan awan panas yang bergerak lamban dan mengarah ke selatan, Kabupaten Sleman, DIY.

Pemandangan itu kian memesona karena malam ini langit di atas Merapi terlihat cerah sehingga bintang-bintang terlihat semakin bercahaya.

Pemantauan di Desa Kalibening, Selasa malam, menunjukkan, penduduk setempat melakukan gilir jaga di sejumlah pos ronda desa. Mereka berjaga selama 24 jam mengawasi aktivitas Merapi sejak letusan besar pada 26 Oktober lalu.

Meskipun Merapi masih menunjukkan gelagat mengkhawatirkan, tidak ada kepanikan dari warga setempat. "Kami tetap waspada dengan melakukan ronda 24 jam sehari," kata seorang warga setempat.(*)
LETAK GEOGRAFIS GUNUNG MERAPI

Letak dan luas

Posisi geografis kawasan TN Gunung Merapi adalah di antara koordinat 07°22'33" - 07°52'30" LS dan 110°15'00" - 110°37'30" BT. Sedangkan luas totalnya sekitar 6.410 ha, dengan 5.126,01 ha di wilayah Jawa Tengah dan 1.283,99 ha di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kawasan TN G Merapi tersebut termasuk wilayah kabupaten-kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten di Jawa Tengah, serta Sleman di Yogyakarta.

Sejarah kawasan

Hutan-hutan di Gunung Merapi telah ditetapkan sebagai kawasan lindung sejak tahun 1931 untuk perlindungan sumber air, sungai dan penyangga sistem kehidupan kabupaten/kota Sleman, Yogyakarta, Klaten, Boyolali, dan Magelang.
Sebelum ditunjuk menjadi TNG Merapi, kawasan hutan di wilayah yang termasuk propinsi DI Yogyakarta terdiri dari fungsi-fungsi hutan lindung seluas 1.041,38 ha, cagar alam (CA) Plawangan Turgo 146,16 ha; dan taman wisata alam (TWA) Plawangan Turgo 96,45 ha. Kawasan hutan di wilayah Jateng yang masuk dalam wilayah TN ini merupakan hutan lindung seluas 5.126 ha.

Deskripsi fisik wilayah

Topografi

Wilayah TN G Merapi berada pada ketinggian antara 600 - 2.968 m dpl. Topografi kawasan mulai dari landai hingga berbukit dan bergunung-gunung. Di sebelah utara terdapat dataran tinggi yang menyempit di antara dua buah gunung, yakni Gunung Merapi dan Gunung Merbabu di sekitar Kecamatan Selo, Boyolali.
Di bagian selatan, lereng Merapi terus turun dan melandai hingga ke pantai selatan di tepi Samudera Hindia, melintasi wilayah kota Yogyakarta. Pada sebelum kaki gunung, terdapat dua bukit yaitu Bukit Turgo dan Bukit Plawangan yang merupakan bagian kawasan wisata Kaliurang.

Jenis tanah

Jenis-jenis tanah di wilayah ini adalah regosol, andosol, alluvial dan litosol. Tanah regosol yang merupakan jenis tanah muda terutama berada di wilayah Yogyakarta. Bahan induk tanah adalah material vulkanik, yang berkembang pada fisiografi lereng gunung. Jenis tanah andosol ditemukan di wilayah-wilayah kecamatan Selo dan Cepogo, Boyolali.

Iklim

Tipe iklim di wilayah ini adalah tipe C menurut klasifikasi curah hujan Schmidt dan Ferguson, yakni agak basah dengan nilai Q antara 33,3% - 66%. Besar curah hujan bervariasi antara 875 - 2527 mm pertahun. Variasi curah hujan di tiap-tiap kabupaten adalah sbb.:
  • Magelang: 2.252 – 3.627 mm/th
  • Boyolali: 1.856 – 3.136 mm/th
  • Klaten : 902 – 2.490 mm/th
  • Sleman : 1.869,8 – 2.495 mm/th

Hidrologi

Wilayah Gunung Merapi merupakan sumber bagi tiga DAS (daerah aliran sungai), yakni DAS Progo di bagian barat; DAS Opak di bagian selatan dan DAS Bengawan Solo di sebelah timur. Keseluruhan, terdapat sekitar 27 sungai di seputar Gunung Merapi yang mengalir ke tiga DAS tersebut.

Kekayaan biologis

Ekosistem Merapi secara alami merupakan hutan tropis pegunungan yang terpengaruh aktivitas gunung berapi. Beberapa jenis endemik di antaranya adalah saninten (Castanopsis argentea), anggrek Vanda tricolor, dan elang jawa (Spizaetus bartelsi). Taman nasional ini juga merupakan tempat hidup macan tutul (Panthera pardus).

JURU KUNCI MERAPI

Mbah Marijan
Selasa, 02 November 2010 , 09:05:00 WIB


MBAH MARIDJAN/IST
  

Selalu ada tawa di tempat ini. Mbah Marijan, tak pernah kelihatan bersedih atau murung. Jika sesekali batuknya menggusik, hanya sebentar. Kepada orang-orang yang bertamu padanya, suguhan yang paling menyenangkan, ya tawa Mbah Marijan yang tak pernah berhenti itu.

SAYA menarik nafas agak pajang. Sisa tawa Mbah Marijan masih terdengar. Di antara diam, saya mengambil kesempatan bicara. Ini agak serius. Soal Merapi. Karena itu saya harus berhati-hati. Saya tahu, Mbah Marijan tidak akan pernah bisa dipancing untuk bicara Merapi dengan sembarangan.

Sederek sedoyo, meniko sasmito, bilih Mbah Marijan gemujeng lakak-lakak, meniko pratondo Mbah Merapi mboten nopo-nopo. Leres to mbah?” Suasana mendadak hening. Mbah Marijan menandangi saya. Seketika, ada rasa takut. Barangkali, tidak seharusnya saya berkata begitu.

“Merapi juga tertawa. Itu biasa. Tidak usah ditakutkan. Seperti kita ini saja, Merapi juga butuh tertawa. Dan, itu ora nggowo memolo.” Kaget, saya mendengar Mbah Marijan berkata begitu. Semua juga ikut takjub. Tidak pernah ada yang berani mengajaknya berbicara soal Merapi, tapi hari itu, ia bicara dengan gamblang bahwa Merapi tidak apa-apa.

Mendengar kalimat Mbah Marijan, saya teringat ucapan siapapun, orang-orang yang berurusan dengan Merapi. Para relawan, orang-orang di sekitar lereng Merapi, atau tamu-tamu yang datang ke rumah Mbah Marijan. Mereka tahu, tidak boleh ngomong sembarangan soal Merapi.

“Jangan nyebut-nyebut Wedhus Gembel atau gunung njebluk. Itu pantangan keras. Bahkan Mbah Marijan sendiri tidak pernah menyebut nama Merapi. Kepada gunung itu, dia memanggilnya Mbah Buyut.” Seorang relawan mewanti-wanti saya, jauh sebelum saya memutuskan naik ke Merapi.

Seorang kawan memberi penjelasan, yang mencoba agak rasional-riligius mengapa tidak boleh menyebut Wedhus Gembel di Merapi. “Jika semua orang mengatakan Wedhus Gembel, lama-lama itu akan menjadi doa dan spirit. Akhirnya, Merapi benar-benar akan mengeluarkan Wedhus Gembel. Itu yang harus kita hindari,” katanya, sungguh-sungguh.

Iya juga sih. Makanya, pantas saja, Mbah Marijan sangat berhati-hati mengomentari soal gunung yang dijagainya berpuluh-puluh tahun itu. Buatnya, menunggui Merapi sama dengan menunggui makhluk yang kadang-kadang marah jika diomongin yang jelek-jelek.



C © updated 17012003






► e-ti
Nama:
Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Nama Kecil:
Dorodjatun
Lahir:
Sompilan Ngasem, Jogjakarta, Sabtu Paing 12 April 1912 (tarikh Jawa Islam tanggal Rabingulakir tahun Jimakir 1842)
Meninggal:
RS George Washington University Amerika Serikat, 1 Oktober 1988
Dimakamkan:
Astana Saptarengga, Komplek Pemakaman Raja Mataram di Imogiri, Yogyakarta, 8 Oktober 1988
Agama:
Islam:
Ayah:
Gusti Pangeran Haryo Puruboyo
Ibu:
Raden Ajeng Kustilah, puteri Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Raden Ayu Adipati Anom.
Pendidikan:
Taman kanak-kanak atau Frobel School asuhan Juffrouw Willer di Bintaran Kidul
Eerste Europese Lagere School (1925)
Hogere Burger School (HBS, setingkat SMP dan SMU) di Semarang dan Bandung (1931)
Rijkuniversiteit Leiden, jurusan Indologie (ilmu tentang Indonesia) kemudian ekonomi

Sri Sultan Hamengku Buwono IX PENCETUS JURU KUNCI MERAPI

Sang Bangsawan yang Demokratis


Pemerintahan Kesultanan Yogyakarta mengalami banyak perubahan di bawah pimpinannya. Pendidikan Barat yang dijalaninya sejak usia 4 tahun membuat Sri Sultan Hamengku Buwono IX (HB IX) menemukan banyak alternatif budaya untuk menyelenggarakan Keraton Yogyakarta. Dengan wawasan barunya ia menunjukkan bahwa raja bukan lagi gung binathara, melainkan demokratis. Raja berprinsip kedaulatan rakyat tetapi tetap berbudi bawa leksana. Ia memiliki paham kebangsaan yang tinggi.

Dilahirkan di nDalem Pakuningratan kampung Sompilan Ngasem pada hari Sabtu Paing tanggal 12 April 1912 atau menurut tarikh Jawa Islam pada tanggal Rabingulakir tahun Jimakir 1842 dengan nama Dorodjatun. Ayahnya adalah Gusti Pangeran Haryo Puruboyo, yang kemudian hari ketika Dorodjatun berusia 3 tahun Beliau diangkat menjadi putera mahkota (calon raja) dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamengku Negara Sudibya Raja Putera Narendra ing Mataram.

Sedangkan ibunya bernama Raden Ajeng Kustilah, puteri Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Raden Ayu Adipati Anom.

Sejak usia 4 tahun Dorodjatun sudah hidup terpisah dari keluarganya, dititipkan pada keluarga Mulder seorang Belanda yang tinggal di Gondokusuman untuk mendapat pendidikan yang penuh disiplin dan gaya hidup yang sederhana sekalipun ia putra seorang raja.

Dalam keluarga Mulder itu Dorodjatun diberi nama panggilan Henkie yang diambil dari nama Pangeran Hendrik, suami Ratu Wilhelmina dari Negeri Belanda. Henkie mulai bersekolah di taman kanak-kanak atau Frobel School asuhan Juffrouw Willer yang terletak di Bintaran Kidul. Pada usia 6 tahun Dorodjatun masuk sekolah dasar Eerste Europese Lagere School dan tamat pada tahun 1925. Kemudian Dorodjatun melanjutkan pendidikan ke Hogere Burger School (HBS, setingkat SMP dan SMU) di Semarang dan kemudian di Bandung. Pada tahun 1931 ia berangkat ke Belanda untuk kuliah di Rijkuniversiteit Leiden, mengambil jurusan Indologie (ilmu tentang Indonesia) kemudian ekonomi. Ia kembali ke Indonesia tahun 1939.

Setahun kemudian, tepatnya pada hari Senin Pon tanggal 18 Maret 1940 atau tanggal 8 bulan Sapar tahun Jawa Dal 1871, Dorodjatun dinobatkan sebagai raja Ngayogyakarta Hadiningrat dengan gelar Sampeyandalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono, Senopati Ing Ngalogo, Abdurrahman Sayidin Panoto Gomo, Kalifatullah Ingkang Kaping IX.

DAFTAR PETUGAS JURU KUNCI: